Koleksi
perpustakaan dan perilaku pemustaka
Oleh : Asih
Winarto)*
Perpustakaan
didirikan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi penggunanya.
Keterkaitan antara informasi yang terdapat di dalam bahan pustaka yang berada
di perpustakaan dengan informasi yang diperlukan oleh para pemustaka tentu
sangat erat hubungannya dengan perilaku seseorang. Sudah menjadi
kebiasaan bahwa kedatangan pemustaka ke
perpustakaan adalah untuk meminjam buku atau
sekedar membaca-baca bahan bacaan yang ada
di perpustakaan. Kegiatan membaca buku koleksi perpustakaan tentu saja
dapat meningkatkan pemahaman, menambah wawasan, pengetahuan, serta sarana
refleksi dan pengembangan diri. R.M. Sosrokartono mengingatkan kepada kita akan
arti pentingnya membaca dalam “Nasihat
hidup orang jawa” yang dikarang oleh Imam Budhi Santosa, beliau katakan
bahwa “Sinau Maca mawi Kaca, Sinau Maos
mawi Raos”. Sinau maca mawi kaca (belajar membaca dengan cermin) memiliki
makna bahwa aktivitas membaca tidak hanya menekankan olah pikir, akan tetapi
juga sekaligus mengupas makna dari apa yang dipelajari serta membandingkannya
dengan realitas yang terjadi di sekitarnya. Sedangkan, sinau maos mawi raos
(belajar membaca dengan rasa) memiliki arti belajar mengolah rasa untuk
memahami diri sendiri, orang lain, serta alam semesta, baik yang kasat mata
maupun yang tak kasat mata. Dalam kepercayaan jawa, untuk mendapatkan
pengetahuan/ngelmu, seseorang harus menggunakan rasa, bathin, atau laku
pribadi. Ngelmu juga hanya dapat dikuasai setelah dilakoni/dilaksanakan. Jadi
bukan sekedar dibaca, akan tetapi harus juga dilakoni seperti halnya orang melakukan
ibadah puasa ataupun salat. Oleh karenanya manusia perlu terus menerus belajar
dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Selanjutnya, pengetahuan yang telah diperoleh hendaknya dapat diimplementasikan dalam peri
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sehingga buah dari membaca
buku akan terlihat jelas dan terasa manis.
Dari masa ke
masa, buku memang memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Tanpa buku, mungkin manusia akan tetap hidup dalam ketertinggalan seperti
manusia pra sejarah. Tanpa buku, tidak mungkin manusia mencapai kehidupan
modern seperti sekarang ini. Di dalam bukulah orang-orang pintar dan cerdik
pandai menuliskan pengalaman dan pemikiran mereka. Itulah yang kemudian
dimanfaatkan oleh orang-orang sesudahnya. Makin lama makin dikembangkan, dan akhirnya
jadilah pengetahuan dan teknologi seperti yang telah dapat dirasakan oleh
hampir seluruh umat manusia, di zaman modern ini. Karena menyadari hal itulah
maka banyak masyarakat di negara maju yang menghargai arti pentingnya membaca
buku bagi peri kehidupan mereka. Mereka sadar bahwa pengetahuan setiap saat akan
selalu berkembang. Tanpa sering membaca, mereka paham benar bahwa cepat atau
lambat akan tertinggal. Itulah sebabnya
mereka telah lebih dahulu membudayakan kegiatan membaca pada diri dan keluarga mereka.
Keberadaan perpustakaan
sendiri apabila tanpa didukung ketersediaan koleksi buku hanyalah sekedar
tempat duduk-duduk. Banyak perpustakaan yang berdalih dalam menyikapi akan
keterbatasan koleksi buku yang dimiliki dan menurut mereka hal ini disebabkan
karena kurangnya dana dan subsidi dari pemerintah untuk pengadaan buku. Sementara itu, pemerintah dan juga berbagai unsur masyarakat
yang peduli terhadap perpustakaan telah melakukan berbagai upaya dalam hal
menyediakan buku bagi kepentingan masyarakat. Bahkan, pemerintah sangat serius
dalam upaya menumbuhkembangkan budaya baca di masyarakat dengan berbagai aksi
kegiatan yang dibiayai baik itu dari APBN maupun APBD. Sekretaris Utama
Perpustakaan Nasional Drs. Dedy Junaedi, M.Si dalam sambutan Rapat Koordinasi
Bidang Perpustakaan se Kalimantan Tengah yang dilaksanakan di kota Pangkalan
Bun Kotawaringan Barat dari tanggal 24-26 April 2014 bertempat di Swiss-Belinn
Hotel mengatakan bahwa pemerintah melalui Perpustakaan Nasional akan terus
mendorong percepatan pembangunan perpustakaan dan kegemaran membaca. Rencana
aksi yang dilakukan berupa bantuan pengembangan perpustakaan di daerah seperti;
bantuan mobil perpustakaan keliling, pengembangan e-library, bantuan penguatan
koleksi, dan pengembangan minat baca melalui dana dekonsentrasi berupa
lomba-lomba minat baca. Perpustakaan Nasional telah berhasil mengembangkan 500
perpustakaan kabupaten/kota, bantuan perpustakaan mobil perpustakaan keling dan
kapal sebnayak 503 unit dan pengembangan 23.281 perpustakaan desa/kelurahan
yang tersebar di seluruh Indonesia. (http://pnri.go.id/BeritaAdd.aspx?id=143
Namun demikian stimulan
yang telah diberikan selama ini masih saja dirasa kurang oleh masyarakat
pemakai jasa perpustakaan, terutama di kalangan para pelajar. Bagaimana
orang akan tertarik datang ke perpustakaan
jika di sana mereka hanya menemui
koleksi yang itu-itu saja? Ada juga yang dikeluhkan bahwa koleksi
bacaan yang mereka temukan di perpustakaan
tempat mereka menuntut ilmu adalah
bacaan-bacaan yang terkait dengan pelajaran yang sudah tidak up to date. Sementara itu, kurikulum
pendidikannya sudah mengalami perubahan. Akan tetapi koleksi bacaan di
perpustakaan tidak ikut menyesuaikan perubahan. Kalaupun ada penambahan koleksi,
jumlahnya masih minim dan seringkali tidak sesuai dengan apa yang
mereka butuhkan. Itu belum termasuk dengan
koleksi bacaan diluar hal-hal yang berkaitan
dengan pelajaran tertentu. Koleksi bacaan
yang sifatnya menghibur seperti majalah, koran,
novel, buku cerita yang dimiliki jumlahnya masih terbilang
relatif terbatas. Perpustakaan telah kehilangan
salah satu daya tariknya sebagai tempat
yang semestinya bertujuan untuk menambah wawasan atau menghibur dengan koleksi
yang dimiliki dan bukan lagi hanya digunakan sebagai tempat
untuk mengerjakan tugas dari guru. Semoga kedepannya dalam
penyelenggaraan perpustakaan terutama terkait penyediaan koleksi buku di
perpustakaan agar pemerintah juga memperhatikan masalah kuantitas maupun
kualitasnya yang beragam dalam rangka menarik minat pemustaka untuk berkunjung
ke perpustakaan. Lebih khusus, bagi Perpustakaan Nasional dan juga Perpustakaan
Provinsi atau Kabupaten/kota agar juga ikut cawe-cawe dalam rangka memberi
bantuan berupa penguatan koleksi buku ke perpustakaan sekolah. Jadi, stimulan yang diberikan agar merata terhadap semua
jenis perpustakaan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab manjadi instansi pembina
perpustakaan. Semoga!.
Penulis adalah : Pustakawan Muda di KPAD
Kabupaten Semarang.
Daftar Pustaka :
Adin Bondar.
2014. Rakor Bidang Perpustakaan Se-Kalimantan Tengah:
“Pengembangan Perpustakaan Berbasis Advokasi dan Kemitraan”.http://pnri.go.id/BeritaAdd.aspx?id=143 diakses pada tanggal 7 Mei 2014 jam 11.30 WIB.
Iman Budhi
Santosa. 2010. Nasihat hidup orang jawa.
Jogjakarta : Diva Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar