aktivitas membaca sebagai seBUAH GAYA HIDUP
*(Oleh : Asih Winarto
Bagi
kebanyakan manusia, ilmu pengetahuan merupakan salah satu tujuan hidupnya Salah
satu unsure penting dalam manajemen diri adalah membangun kebiasaan untuk terus
menerus belajar agar menjadi manusia pembelajar yang senantiasa haus akan
informasi dan pengetahuan. Untuk mencapai tujuan itu, Allah SWT telah membekali
manusia dengan akal dan ilmu. Al-Qur’an menyeru kepada manusia untuk
mempelajari ilmu pengetahuan sebagai jalan untuk mengetahui keberadaan Al-Haq
dan realitas jagat raya. Perintah Al-Qur’an untuk mempelajari fenomena alam
agar manusia memiliki ilmu pengetahuan merupakan salah satu manhaj Al-Qur’an
dalam mendidik manusia.
Menurut
As’ad di dalam The Message of the Qur’an sebagaimana dikutip oleh Untung
dalam bukunya Muhammad Sang Pendidik ( 2005 ), bahwa perintah simbolis “bacalah” ayat 1-3
Surat Al-‘Alaq dijelaskan bahwa manusia memiki kemampuan unik dalam melakukan
transmisi (penerusan pesan). Selanjutnya bahwa pena (Al-Qolam) yang terdapat
dalam ayat 4 menjadi sebuah simbul bagi seni menulis, atau lebih spesifik bagi
seluruh pengetahuan yang dicatat melalui sarana tulisan. Dengan demikian dapat
ditegaskan bahwa manusia dapat melakukan proses transmisi seluruh ilmu
pengetahuan yang telah dan akan dimilikinya sepanjang dirinya mau melakukan
aktivitas membaca dalam pengertian luas.
AKTIVITAS MEMBACA
Aktivitas membaca
memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan peradaban manusia, baik
sebagai individu maupun kelompok. Membaca bukan sekedar mengucapkan kata-kata
yang terlulis, akan tetapi membaca merupakan usaha untuk mentransmisikan isi
bacaan. Disamping itu, aktivitas membaca merupakan suatu upaya untuk memahami
informasi yang berada di dalam sumber informasi, baik itu buku, majalah, surat
kabar, maupun sumber-sumber informasi lainnya. Selain memahami, aktivitas
tersebut juga dimaksudkan untuk menginterprestasikan dan mengevaluasi suatu
sumber informasi agar diperoleh suatu pemahaman yang komprehensip. Melalui
aktivitas membaca, maka seseorang akan dapat meningkatkan dan mengembangkan
pikiran, cara berfikir, serta cakrawala pengetahuan. Sehingga pada gilirannya nanti akan mampu
merubah pola hidupnya sendiri atau masyarakat dimana mereka tinggal, yang
akhirnya dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan pribadi maupun perkembangan
masyarakat pada umumnya.
Membaca apabila dilakukan
secara benar akan berdampak positip. Dampak positip itu diantaranya adalah
memperlancar kepentingan studi, menambah pengetahuan dan informasi, serta dapat
berguna untuk sarana rekreasi. Membaca untuk kepentingan studi memerlukan
pemahaman, konsentrasi, dan ketelitian yang ekstra sehingga akan diperoleh
suatu pengertian yang utuh tentang isi buku. Membaca untuk kepentingan studi
membutuhkan waktu yang tidak sedikit sebab materi yang dibaca pada umumnya
sukar dipahami dan belum tentu mudah untuk dimengerti. Membaca untuk memperoleh
informasi tentang profesi maupun usaha juga membutuhkan adanya suatu
konsentrasi, terutama bila informasi yang diperoleh berkaitan dengan
surat-surat atau dokumen penting yang menuntut ketelitian. Membaca untuk keperluan rekreasi
biasa dilakukan guna mengisi waktu luang, dan memuaskan perasaan, serta
imajinasi. Bacaan yang umum dibaca adalah sekitar novel, cerita, artikel
ringan, serta bacaan-bacaan umum lainnya seperti surat kabar. Kegiatan membaca
jenis ini dapat dilakukan dimana saja, baik itu di tempat tidur, di
jalan-jalan, di dalam bus, di kantor ataupun sambil duduk-duduk di sebuah
taman. Membaca untuk rekreasi dapat membuat manusia semakin manusiawi.
FILSAFAT MEMBACA
Hal
terbaik yang mesti dijaga dalam meniti kehidupan ini adalah agar pikiran kita
selalu segar. Tidak peduli berapun usia kita apabila kita berhenti belajar
berarti diri kita sudah tua, sedangkan jika selalu belajar maka kita akan tetap
awet muda. Seperti halnya yang telah dikatakan oleh Henry Ford, pendiri
General Motor, “Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty.
Anyone who keeps learning stays young. The greatest thing in life is to keep
your mind young”.
Salah satu cara paling efektif untuk
belajar adalah dengan membaca. Namun sayangnya sebagian besar kita tidak pernah
punya waktu untuk membaca. Alasan utama yang sering kita sampaikan adalah
kesibukan pekerjaan. Kita terjebak dalam suatu rutinitas dan tekanan pekerjaan
sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengasah gergaji kita, seperti yang
diceritakan oleh Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habits of Higly Effective
People. Suatu alur percakapan
seseorang yang sedang terburu-buru menebang kayu di hutan.
“Apa yang sedang anda kerjakan? Tanya penggembara
pada para penggergaji di hutan.
”Tidak dapatkah anda melihat?”. Jawab pengergaji
hutan dengan tidak sabar. ”Saya sedang menggergaji pohon ini”.
”Anda kelihatan letih!” seru penggembara, ”Berapa lama anda sudah
mengerjakannya?”.
”Lebih dari lima jam,” jawabnya, ” dan saya sudah
lelah! Ini benar-benar kerja keras.”
”Nah, mengapa anda tidak beristirahat saja
beberapa menit untuk mengasah gergaji itu?” tanya pengembara. ”Saya yakin anda
akan dapat bekerja jauh lebih cepat.”
”Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji,”
orang itu berkata dengan tegas. ”Saya terlalu sibuk untuk menggergaji.”
Lebih lanjut Covey berkata bahwa, kebiasaan
mengasah gergaji merupakan kebiasaan yang paling penting. Kebiasaan ini mampu
memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang kita miliki. Kebiasaan ini dapat
memperbaharui keempat dimensi alamiah kita, yaitu dimensi fisik, mental,
spiritual dan sosial / emosional.
Filsafat
membaca pernah juga diteladankan oleh Ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat pada
waktu pemerintahan Franklin D. Roosevelt menjabat sebagai presiden.
Pada suatu sore hari Presiden Roosevelt mampir di
rumah Tuan Holmes, seorang Ketua Mahkamah Agungnya. Pada waktu itu Holmes
sedang sibuk membaca, tapi dengan senang hati ia menemui sang presiden. Ketika
Roosevelt dipersilakan masuk, ia bertanya, “ Tuan Holmes, mengapa Tuan tak
pernah berhenti membaca?”. Holmes yang waktu itu usianya sudah 90 tahun,
menjawab, “Tidak ada jalan lain untuk meningkatkan diri saya”.
Holmes sadar bahwa pendidikan adalah proses yang
berlangsung selama hidup. Orang tidak “menjadi terdidik” hanya karena
pendidikan formal saja. Pendidikan formal hanyalah persiapan untuk menjadi
terdidik. Untuk menjadi terdidik orang harus belajar terus sepanjang hidupnya.
Dari cerita tadi dapatlah dipetik suatu hikmah
yang mendalam bahwa peningkatan diri itu harus diusahakan sendiri. Pada
dasarnya, tidak ada orang lain yang dapat mendidik diri kita, selain diri kita
sendiri. Sukses dalam studi dan belajar dapat dicapai berkat usaha gigih yang
kita sendiri lakukan. Itulah sebabnya, Holmes membaca dan tidak merasa jemu
atau jenuh melakukan aktivitas membaca dan selalu menjadikan aktivitas membaca
sebagai sebauah gaya hidupnya.
*) Asih
Winarto, A.Md.
Pustakawan
Pelaksana Pelaksana
Kantor
Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang
DAFTAR PUSTAKA
1. Widyamartaya,
Seni Membaca Untuk Studi, Yogyakarta : Kanisius, 1992
2. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Minat Membaca Sastra Pelajar SMA Kelas
III DKI Jakarta, Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981 .
3. Sulistyo-Basuki,
Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991.
4. Tampubolon,
D.P., Kemampuan Membaca : teknik membaca efektif dan efisien, Bandung :
Angkasa, 1987.
5. Nasrullah,
Hamdan, Kebiasaan Membaca Efektif http://www.semuabisnis.com/articlerss/
6. Untung,
Moh. Slamet, Muhammad Sang Pendidik, Editor, Muammar Ramadhan [et.al],
Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar